Adanya
alam semesta ini merupakan bukti bahwa Allah SWT. Tuhan Yang Maha Kuasa. Tuhan
yang menciptakan alam semesta dan yang mengaturnya. Tidak ada Tuhan selain
Allah SWT yang wajib disembah.
Umat
islam meyakini adanya Allah SWT dan mengetahui sifat-sifatnya, agar menjadi
mukmin sejati. Dengan modal iman inilah kita akan menjalankan perintah-Nya dan
meninggalkan larangan-Nya.
A.
Pengertian Iman Kepada Allah SWT
Iman menurut bahasa artinya percaya atau yakin terhadap sesuatu.
Iman menurut istilah adalah pengakuan di dalam hati, diucapkan dengan lisan dan
dikerjakan dengan anggota badan. Hal ini sesuai Hadist Nabi Muhammad SAW yang
berbunyi :
الايمان معرفة بالقلب و قول
باللسا ن و عمل بالاركان (رواه
الطبران)
Artinya : “Iman adalah pengakuan dengan hati,
pengucapan dengan lisan, dan pengamalan dengan anggota badan.”(HR Thabrani)
Dari penjelasan Hadits di atas dapat disimpulkan bahwa iman kepada
Allah SWT membutuhkan tiga unsur anggota badan yang tidak bisa dipisahkan satu
sama lainnya, yaitu hati, lisan dan anggota badan. Oleh karena itu, apabila ada
seseorang yang mengaku beriman kepada Allah SWT hanya dalam hati, lisan, hati
dan lisan atau anggota badan saja, maka orang tersebut belum bisa dikatakan
orang yang beriman.
Iman kepada Allah merupakan suatu keyakinan yang sangat mendasar.
Tanpa adanya iman kepada Allah SWT, seorang tidak akan beriman kepada yang
lain, seperti beriman kepada malaikat, kitab-kitab, rasul-rasul Allah dan hari
kiamat.
Firman
Allah SWT :
يَا اَيُّهَا الذِيْنَ امَنُوا
امِنُوا بِاللهِ وَرَسُولِهِ وَالكِتَابِ الذِى نَزَّلَ عَلى رَسُولِهِ
وَالكِتَابِ الذِى اَنْزَلَ مِنْ قَبْلُ وَمَنْ يَكفُرْ بَاللهِ وَمَلئِكَتِهِ
وَكتبِهِ وَرُسُلِهِ وَاليَوْمِ الاخِرِِ فقد ضَلَّ ضَلالا بَعِيْدًا ﴿النسأ»١٣٦﴾
Artinya : Wahai orang-orang yang beriman,
tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab Allah yang
diturunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab Allah yang diturunkan sebelumnya,
Barang siapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya,Rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian maka sesungguhnya orang itu
telah sesat sejauh-jauhnya. (QS.An Nisa : 136).
B.
Sifat-Sifat Allah SWT
Allah SWT adalah zat
Maha Pencipta dan Maha Kuasa atas seluruh alam beserta isinya. Allah SWT
memiliki sifat wajib, mustahil dan jaiz sebagai sifat kesempurnaan bagi-Nya.
Sebagai muslim yang beriman, wajib mengetahui sifat-sifat tersebut.
- Sifat wajib, artinya sifat-sifat yang pasti dimiliki oleh Allah SWT . sifat wajib Allah berjumlah 13.
- Sifat mustahil, artinya sifat-sifat yang tidak mungkin ada pada pada Allah SWT. Sifat mustahil merupakan kebalikan dari sifat wajib. Jumlahnyapun sama dengan jumlah sifat wajib bagi Allah SWT.
- Sifat jaiz, artinya sifat yang mungkin bagi Allah SWT untuk berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu sesuai dengan kehendak-Nya. Artinya Allah berbuat sesuatu tidak ada yang menyuruh dan tidak ada yang melarang. Sifat jaiz bagi Allah hanya satu, yaitu “Fi’lu kulli mumkinin au tarkuhu.”
·
Sifat wajib dan
mustahil bagi Allah SWt adalah sebagai berikut.
No
|
Sifat Wajib
|
Artinya
|
Sifat Mustahil
|
Artinya
|
1.
|
Wujud
|
Ada
|
Adam
|
Tidak ada
|
2.
|
Qidam
|
Terdahulu
|
Hudus
|
Baru
|
3.
|
Baqa’
|
Kekal
|
Fana’
|
Rusak
|
4.
|
Mukhalafatu
lilhawadisi
|
Berbeda dengan
baru (mahluk)
|
Mumasalatu lil
hawadisi
|
Sama dengan
mahluk-Nya
|
5.
|
Qiyamuhu binafsihi
|
Berdiri dengan
zat-Nya sendiri
|
Ihtiyajuhu
lighairihi
|
Membutuhkan
pertolongan orang lain
|
6.
|
Wahdaniyat
|
Esa
|
Ta’adud
|
Berbilang
|
7.
|
Qudrat
|
Kuasa
|
Ajzu
|
Lemah
|
8.
|
Iradat
|
Berkehendak
|
Karahah
|
Terpaksa
|
9.
|
Ilmu
|
Mengetahui
|
Jahlun
|
Bodoh
|
10.
|
Hayat
|
Hidup
|
Mautun
|
Mati
|
11.
|
Sama’
|
Mendengar
|
Summu
|
Tuli
|
12.
|
Basar
|
Melihat
|
Umyum
|
Buta
|
13.
|
Kalam
|
Berfirman
|
Bukmum
|
Bisu
|
·
Adapun sifat wajib
yang menunjukkan makna “Maha” adalah sebagai berkut.
No
|
Sifat Maknawiyah
|
Artinya
|
Sifat Mustahil
|
Artinya
|
1.
|
Qadiran
|
Maha Kuasa
|
Ajzun
|
Yang Maha Lemah
|
2.
|
Muridan
|
Maha Berkehendak
|
Mukrahan
|
Yang maha terpaksa
|
3.
|
Aliman
|
Maha Mengetahui
|
Jahilun
|
Yang maha bodoh
|
4.
|
Hayyan
|
Maha Hidup
|
Mayyitun
|
Yang mati
|
5.
|
Sami’an
|
Maha Mendengar
|
Ashamma
|
Yang maha tuli
|
6.
|
Basiran
|
Maha Melihat
|
A’ma
|
Yang maha buta
|
7.
|
Mutakaliman
|
Maha Berfirman
|
Abkama
|
Yang maha bisu
|
C.
Dalil Naqli dan Aqli tentang Sifat-Sifat Allah SWT.
1.
Wujud
Wujud berarti
ada. Adanya Allah itu bukan karena ada yang mengadakan atau menciptakan, tetapi
Allah itu ada dengan zat-Nya sendiri. Adapun sifat mustahil-Nya adalah adam yang berarti tidak ada.
Kepercayaan ada dan tidak adanya Allah SWT bergantung pada manusia
itu sendiri yang bisa menggunakan akal sehatnya, sebagai bukti dengan adanya
alam beserta isinya. Jika kita
perhatikan, maka dari mana alam semesta itu berasal? Siapakah Dia Yang Maha
Kuasa dan Maha Agung itu? Dialah Allah SWT yang Maha Suci dan Maha Tinggi.
Dialah yang mengadakan segala sesuatu di alam ini, termasuk diri kita.
Selain melihat alam semesta, kita juga dapat melihat tanda-tanda
kekuasaan-Nya, seperti manusia dengan segala perlengkapan hidupnya di dunia
ini. Tentu kita bisa berfikir bahwa semua yang ada pasti ada yang menciptakan,
yaitu Tuhan Yang Maha Kuasa ( Allah SWT).
Terkait dengan hal ini Allah SWT berfirman :
وَهُوَ
الذِى اَنْشَاَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالابْصَارَ وَالافْئِدَةَ قَلِيْلا مَا
تَشْكُرُوْنَ ﴿78﴾ وَهُوَ الذِى ذَرَئَكُمْ فِى الارْضِ وَاليهِ تُحشَرُوْنَ ﴿79﴾
وَهُوَ الذِى يُحْيِى وَيُمِيْتُ وَلَهُ اخْتِلافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ اَفَلا
تَعْقِلُوْنَ ﴿80﴾ ﴿المؤمنون»٧٨–۸٠﴾
Artinya : “Dan dialah yang telah menciptakan
bagi kamu sekalian pendengaran, penglihatan dan hati. Amat sedikitlah kamu
bersyukur. Da Dialah yang menciptakan serta mengembangbiakkan kamu di bumi ini dan kepada-Nyalah kamu akan dihimpun. Dan Dialah yang
menghidupkn dan mematikan dan Dialah yang mengatur pertukaran malam da siang.
Maka apakah kamu tidak berfikir?” (QS.Al Muminun :78-80)
2.
Qidam
Qidam berarti
terdahulu. Allah SWT mempunyai sifat terdahulu karena tidak ada yang
mendahului. Sifat mustahil-Nya adalah Hudus
yang artinya baru.
Allah SWT tidak berpermulaan sebab sesuatu yang berpermulaan itu
adalah baru dan sesuatu yang baru itu namanya mahluk (yang diciptakan). Allah
SWT bukan mahluk melainkan Khalik (Maha Pencipta). Oleh karena itu Allah SWT
wajib bersifat qidam.
Firman Allah SWT :
هُوَ
الاوَّلُ وَالاخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالبَاطِنُ وَهُوَ بِكُلِّ شَئٍ عَلِيْمٍ ﴿الحديد»3﴾
Artinya: “Dialah yang Awal dan yang akhir yang
Zhahir dan yang Bathin[1452]; dan dia Maha mengetahui segala sesuatu”.(QS.Al-Hadiid:3)
Adanya Allah itu pasti lebih awal daripada mahluk ciptaan-Nya.
Seandainya keberadaan Allah didahului oleh mahluk-Nya, maka semua ciptaan Allah
ini akan hancur berantakan. Hal ini tentu mustahil bagi Allah karena Allah Maha
pencipta, tidak mungkin ciptaannya lebih dahulu daripada yang menciptakan.
3.
Baqa’
Baqa’ berarti
kekal. Kekalnya Allah SWT tidak berkesudahan atau penghabisan. Sifat
mustahilnya adalah fana’ artinya rusak atau binasa. Semua mahluk yang ada di alam
semesta seperti manusia, binatang, tumbuhan, planet dan bintang akan rusak atau
binasa sehingga disebut baru sebab ada awal dan ada akhirnya.
Manusia betapapun gagah perkasa dirinya, wajah elok nan rupawan,
suatu saat akan menjadi tua dan mati. Demikian halnya dengan tumbuhan yang semula
tumbuh subur maka lama kelamaan akan layu dan mati. Sungguh betapa hina dan
lemahnya kita berbangga diri di hadapan Allah SWT. Betapa tidak patutnya kita
berbangga diri dengan kehebatan yang kita miliki karena segala kehebatan itu
hanyalah bersifat sementara. Hanya Allah SWT Sang Pencipta yang bersifat kekal.
Firman Allah SWT :
كُلُّ
مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ ﴿26﴾
وَيِبْقى وِجْهُ رَبّك ذُوا الجَلالِ وِالاكْرَامِ ﴿27﴾ ﴿الرحمن»٢٧–٢٦﴾
Artinya :
Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu
yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan. (QS.Ar Rahman :26-27)
4.
Mukhalafatu lil Hawadisi
Mukhalafatu lil
Hawadisi berarti berbeda dengan semua yang baru (mahluk). Sifat
mustahilnya adalah mumasalatu lil
hawadisi artinya serupa dengan semua yang baru(mahluk).
Sifat ini menunjukkan bahwa Allah SWT berbeda dengan hasil
ciptaan-Nya. Coba kita perhatikan tukang jahit hasil baju yang dijahit sendiri
tidak mungkin sama dengan baju yang dibuat orang lain. Begitu juga dengan
tukang pembuat sepatu tidak mungkin sama dengan sepatu yang dibuatnya, bahkan
robot yang paling canggih dan mirip manusia sekalipun tidak akan sama dengan
manusia yang membuatnya.
Firman
Allah SWT :
....
لَيْسَ كَمِثلِهِ شِئٌ وَهُوَ السَّمِيْعُ البَصِيْرُ ﴿الشورى»١١﴾
Artinya :”.........
Tidak sesuatu pun yang serupa dengan Dia. Dan Dialah yang Maha Mendengar lagi
Maha Melihat.”(QS Asyura’: 11)
Senada dengan ayat tersebut
Allah SWT juga berfirman dalam ayat yang lain yang berbunyi :
وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا اَحَدٌ ﴿الأخلاص»٤﴾
Artinya :
“..........Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia(Allah).”(QS
Al Ikhlas :4)
Dari dua ayat di atas dapat diambil pelajaran bahwa yang dimaksud
dengan tidak setara itu adalah tentang keagungan, kebesaran, kekuasaan dan
ketinggian sifat-Nya. Tidak satupun dari mahluk-Nya yang menyerupai-Nya.
5.
Qiyamuhu Binafsihi
Qiyamuhu Binafsihi berarti
Allah SWT itu berdiri dengan zat sendiri tanpa membutuhkan bantuan yang lain.
Maksudnya, keberadaan Allah SWT itu ada dengan sendirinya tidak ada yang
mengadakan atau menciptakan. Contohnya, Allah SWT menciptakan alam semesta ini
karena kehendak sendiri tanpa minta pertolongan siapapun.
Sifat mustahilnya adalah ihtiyaju
lighairihi, artinya membutuhkan bantuan yang lain. Berbeda sekali dengan
manusia, manusia hidup di dunia ini tidak bisa hidup sendiri-sendiri. Mereka
pasti saling membutuhkan antara satu dan yang lainnya karena mereka mahluk
(yang diciptakan), sedangkan Allah SWT adalah Maha Pencipta.
Firman
Allah SWT :
اَللهُ لا اِلهَ اِلا هُوَ
الحَيُّ القَيُّوْمُ ﴿على عمران»٢﴾
Artinya : “Allah
tidak ada Tuhan selain Dia. Yang hidup kekal lagi senantiasa berdiri sendiri.”
(QS Ali Imran:2)
Sadarlah ternyata kita ini mahluk yang sangat lemah karena tidak
mampu hidup tanpa bantuan orang lain. Akan tetapi, sebagai manusia kita juga
harus memiliki sifat mandiri supaa tidak bergantung pada orang lain.
6.
Wahdaniyah
Wahdaniyah berarti esa atau tunggal. Allah SWT adalah
Tuhan Yang Maha Esa., baik esa zat-Nya, sifat-Nya, maupun perbuata-Nya.
Esa zat-Nya maksudnya zat Allah SWT itu bukanlah hasil dari
penjumlahan dan perkiraan atau penyatuan satu unsur dengan unsur yang lain
mkenjadi satu. Berbeda dengan mahluk, mahluk diciptakan dari berbagai unsur,
seperti wujudnya manusia, ada tulang, daging, kulit dan seterusnya.
Esa sifat-Nya artinya semua sifat-sifat kesempurnaan bagi Allah
SWT tidak sama dengan sifat-sifat pada mahluk-Nya, seperti marah, malas dan
sombong.
Esa perbuatan-Nya berarti Allah SWT berbuat sesuatu tidak
dicampuri oleh perbuatan mahluk apapun dan tanpa membutuhkan proses atau
tenggang waktu. Allah SWT berbuat karena kehendak-Nya sendiri tanpa ada yang
menyuruh dan melarang.
Sifat mustahil-Nya adalah ta’adud
artinya berbilang atau lebih dari
satu. Allah SWT mustahil (tidak mungkin) lebih dari satu. Seandainya lebih dari
satu pasti terjadi saling bersaing dalam menentukan segala sesuatunya, kalau
terjadi demikian pasti alam semesta tidak akan terwujud.
Perhatikan firman Allah SWT berikut ini :
قُلْ هُوَ اللهُ اَحَدٌ ﴿1﴾ اَللهُ الصَّمَدُ ﴿2﴾ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ ﴿3﴾ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا اَحَدٌ ﴿4﴾
Artinya :”Katakanlah
(Muhammad ). Dialah Tuhan Yang Maha Esa . Allah adalah Tuhan yang bergantung
kepada_Nya segala sesuatu . dia tidak beranak dan tidak diperanakkan. Dan tidak
ada seorangpun yang setara dengan Dia.” (QS Al Ikhlas :1-4)
Meyakini ke-Esa-an Allah SWT merupakan hal yang paling prinsip.
Seseorang dianggap muslim atau tidak , bergantung pada pengakuan tentang
ke-Esa-an Allah SWT. Hal ini dapat dibuktikan dengan cara bersaksi terhadap
Allah SWT, yaiut dengan membaca syahadat tauhid yang berbunyi : “Aku bersaksi
tiada Tuhan selain Allah.”
7.
Qudrat
Qudrat berarti kuasa. Kekuasaan Allah SWT, atas segala sesuatu itu
mutlak, tidak ada batasnya dan tidak ada yang membatasi, baik terhadap zat-Nya
sendiri maupun terhadap makhluk-Nya. Berbeda dengan kekuasaan manusia ada
batasnya dan ada yang membatasi. Contohnya, kekuasaan Presiden RI, dibatasi
oleh undang-undang dan batas kekuasaannya hanya untuk negara Indonesia.
Sifat mustahilnya adalah ‘ajzu,
artinya lemah. Allah SWT tidak mungkin bersifat lemah. Bagi Allah SWT, jika
sudah berkehendak melakukan atau melakukan sesuatu, maka tidak ada satu pun
yang dapat menghalangin-Nya. Dengan demikian, Allah SWT tetap bersifat kudrat
(kuasa) dan mustahil bersifat ‘ajzu (lemah).
Firman
Allah SWT :
.... اِنَّ اللهَ عَلى كُلِّ شَئٍْ قَدِيْر ٍ﴿البقرة»٢٠﴾
Artinya : “Sesungguhnya Allah berkuasa atas
segala sesuatu”. (QS.Al Baqarah:20)
Sungguh idak patut manusia bersifat sombong dengan kekuasaan yang
kita miliki karena sebesar apapun Allah SWT. Pasti lebih kuasa. Oleh karena
itu, kita sebagai hamba Allah yang hidup di muka bumi harus berkarya,
berkreasi, dan berinovasi.
8.
Iradat
Iradat berarti
berkehendak. Allah SWT menciptakan alam beserta isinya atas kehendak-Nya
sendiri, tanpa ada paksaan dari pihak lain atau campur tangan dari siapa
pun Apapun yang Allah SWT kehendakin
pasti terjadi, begitu juga setiap setiap Allah SWT tidak kehendaki pasti tidak
terjadi.
Berbeda dengan kehendak atau kemauan manusia, tidak sedikit
manusia mempunyai keinginan, tetapi keinginan itu kandas di tengah jalan.
Apabila manusia berkeinginan tanpa disertai dengan kehendak Allah SWT. Pasti
keinginan itu tidak terwujud. Hal ini menunjukan bahwa manusia memiliki
keterbatasan, sedangkan Allah SWT memiliki kehendak yang tidak terbatas.
Adapun sifat mustahilnya adalah karahah, artinya terpaksa. Jika Allah SWT bersifat karahah
(terpaksa) pasti alam jagat raya yang kita tempai ini tidak terwujud sebab
karahah itu adalah sifat kekurangan, sedangkan Allah SWT, wajib bersifat
kesempurnaan. Dengan demikian, Allah SWT. Wajib bersifat iradah (berkehendak) mustahil bersifat karahah (terpaksa). Untuk
menguatkan keyakinan kita, Allah SWT berfirman :
اِنََّمَا اَمْرُهُ اِذَا
اَرَادَ شَيْئًا اَنْ َيقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُوْنُ ﴿يس»٧٢﴾
Artinya : “Sesungguhnya perintah-Nya apabila dia
menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya:”Jadilah”maka terjadilah”. (QS.
Yasin : 82)
Sebagai manusia kita harus mempunyai kemauan, keinginan, dan
cita-cita yang bertujuan membangun hari esok yang lebih baik karena kita hidup
di muka bumi ini hanya bersifat sementara. Oleh karena itu, apapun yang kita
cita-citakan dengan tujuan mengharap rida Allah SWT.
9.
Ilmu
Ilmu berarti
mengetahui. Sifat mustahilnya adalah Jahlun
yang artinya bodoh. Allah SWT memiliki pengetahuan atau kepandaian yang sangat
sempurna, artinya ilmu Allah SWT itu tidak terbatas dan tidak pula dibatasi.
Allah SWT mengetahui segala sesuatu yang ada di alam semesta, baik yang tampak
maupun yang gaib. Bahkan, apa yang dirahasiakan didalam hati manusia sekali
pun. Bukti kesempurnaan ilmu Allah SWT, ibarat air laut menjadi tinta untuk
menulis kalimat-kalimat Allah SWT, tidak akan habis kalimat-kalimat tersebut
meskipun mendatangkan tambahan air yang banyak seperti semula.
Kita sering kagum atas kecerdasan dan ilmu yang dimiliki
orang-orang pintar di dunia ini. Kita juga takjub akan indahnya karya dan
canggihnya tekhnologi yang diciptakan manusia. Sadarkah kita bahwa ilmu
tersebut hanyalah sebagian kecil saja yang diberikan Allah SWT kepada kita ?.
Firman
Allah SWT :
....وَاللهُ يَعْلمُ مَا فِى السَّموَاتِ وَمَا فِى الارْضِ
وَاللهُ بِكُل شَئٍْ عَلِيْمٌ ﴿الحجرات»١٦﴾
Artinya :”.....Allah SWT mengetahui apa yang ada
dilangit dan apa yang ada di bumi dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS Al
Hujurat:16).
Oleh karena itu, sebagai hamba Allah SWT, seharusnya terdorong
untuk terus menimba ilmu. Kita sadar bahwa sebanyak apapun ilmu yang telah kita
ketahui, masih lebih banyak lagi ilmu yang belum kita ketahui.
10. Hayat
Hayat berarti
hidup. Hidupnya Allah tidak ada yang menhidupkannya melainkan hidup dengan
zat-Nya sendiri karena Allah Maha Sempurna, berbeda dengan makhluk yang
diciptakan-Nya.
Sifat mustahilnya adalah mautun
yang artinya mati. Contohnya, manusia ada yang menghidupkan. Selain itu,
mereka juga mmebutuhkan makanan, minuman, istirahat, tidur, dan sebagainya.
Akan tetapi, hidupnya Allah SWT tidak membutuhkan semua itu. Allah SWT hidup
selama-lamanya, tidak mengalami kematian bahkan mengantuk pun tidak.
Firman
Allah SWT :
اللهُ
لا الهَ الا هُوَ الحَيُّ القيُّومُ لا تَاخُذهُ سِنَة وَلا نَوْمٌ .... ﴿ البقرة»225﴾
Artinya:”Allah tidak ada Tuhan melainkan Dia
yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya, tidak mengantuk dan
tidak tidur”. (QS Al Baqarah: 255)
Allah SWT selalu mengurus dan mengawasi seluruh makhluk
ciptaan-Nya. Oleh karena itu, hendaknya kita selalu berhati-hati dalam segala
tindakan karena gerak gerik kita akan di awasi dicatat Allah SWT. Kelak di
akhirat seluruh amalan tersebut akan kita pertanggungjawabkan.
11. Sama’
Sama’ berarti
mendengar . Allah SWT mendengar setiap suara yang ada di alam semesta ini.
Yidak ada suara yang terlepas dari pendengaran Allah SWT walaupun suara itu
lemah dan pelan., seperti suara bisikan hati dan jiwa manusia. Pendengaran Allah
SWT berbeda dengan pendengaran mahluk –Nya karena tidak terhalang oleh suatu
apapun, sedangkan pendengaran mahluk-Nya dibatasi ruang dan waktu.
Sifat mustahilnya adalah summun
artinya tuli (tidak mendengar). Allah SWT mustahil bersifat tuli (tidak mendengar)
sebab sekiranya Allah SWT tidak mendengar pasti segala permohonan dan pernyataa
syukur hamba-Nya tidak akan diterima-Nya. Selain itu penghiaan orang kafir,
orang musrik, orang munafiq, dan lain sebagainya tidak dihiraukan-Nya. Oleh
karena itu Allah SWT tetap bersifat sama’
mustahil bersifat summun .
Sebagaimana Firman Allah SWT dalam surah Al Maidah berikut.
....
وَاللهُ هُوَ السَمِيعُ العَلِيمُ ﴿الماﺋده»٧٦﴾
Artinya :”Dan Allah-lah Yang Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui”.(QS Al Maidah :76)
Sebagai seorang muslim seharusnya kita senantiasa bertingkah laku,
bersikap, dan berbicara dengan bahasa yang santun dan mengeluarkan
ucapan-ucapan yang baik lagi bermanfaat. Karena Allah SWT pasti mendengar
segala perkataan m,anusia, baik terucap maupun di dalam hati.
12. Basar
Basar berarti
melihat. Allah SWT melihat segala sesuatu yang ada di alam semesta ini .
penglihatan Allah bersifat mutlak, artinya tidak dibatasi oleh jarak( jauh atau
dekat) dan tidak dapat dihalangi oleh dinding (tipis atau tebal). Segala
sesuatu yang ada di alam semesta ini, kecil maupun besar, tampak atau tidak
tampak, pasti semuanya terlihat oleh Allah SWT.
Sifat mustahil-Nya adalah ‘umyun,
artinya buta. Allah SWT wajib
bersifat kesempurnaan. Seandainya Allah SWT itu buta pasti alam semesta ini
tidak akan ada karena Allah SWT tidak dapat melihat apa yang diciptakan-Nya.
Firman
Allah SWT sebagai berikut.
وَاللهُ بمَا تَعْمَلونَ
بَصِيْرٌ﴿البقرة» ٢٦٥﴾
Artinya :”.........Dan Allah maha Melihat apa
yang kamu kerjakan.”(al-Baqarah: 265)
Dengan memahami sifat besar Allah SWT hendaknya kita selalu
berhati-hati dalam berbuat. Mungkin kita bisa berbohong kepada manusia, seperti
orang tua, guru, atau teman. Akan tetapi kita tidak akan bisa berbohong kepada
Allah SWT. Oleh karena itu , berbuat baiklah supaya kita tidak perlu cemas jika
kita harus mempertanggung jawabkannya kelak di akhirat.
13. Kalam
Kalam berarti
berfirman atau berbicara. Allah SWT bersifat kalam artinya Allah SWT berfirman
dalam kitab-Nya yang diturunkan kepada para nabi dan rasul-Nya. Pembicaraan
Allah SWT tentu tidak sama dengan pembicaraan manusia karena Allah SWT tidak
berorgan (panca indra), seperti lidah dan mulut yang dimiliki oleh manusia.
Allah SWT berbicara tanpa menggunkan alat bantu yang berbentuk apapun sebab
sifat kalam Allah SWT sangat sempurna. Sebagai bukti bahwa adanya wahyu Allah
SWT berupa al qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan kitab-kitab
Allah yang diturunkan kepada para rasul sebelum Nabi Muhammad SAW.
Sifat mustahi-Nya adalah bukmun, artinya bisu. Allah SWT mustahil
bersifat bisu. Seandainya Allah SWT bersifat bisu mana mungkin para utusan-Nya
bisa mengerti maksud wahyu yang diturunkan kepada tersebut, baik dalam bentuk
perintah maupun larangan. Padahal kenyataannya semua itu tidak mungkin terjadi.
Firman Allah SWT dalam surah An Nisa’ : 164.
وَكَلَّمَ
اللهُ مُوسى تَكلِيمًا ﴿النسأ»١٦٤﴾
artinya :”.......Dan
Allah berkata kepada Musa dengan satu perkataan yang jelas.(QS AnNisa’ :164)
Oleh karena itu kita sebagai hamba Allah SWT hendaknya membiasakan
diri mengucapkan kalimat-kalimat tayyibah, artinya kata-kata yang mulia,
seperti ketika kita berbuat salah, maka segeralah membaca istighfar. Apabila
kita menerima nikmat, maka segeralah mengucapkan hamdalah. Selain itu, kita
juga harus membiasakan diri bertutur kata yang lemah lembut dan sopan santun
dengan sesama manusia.
D.
Hikmah Beriman Kepada Allah SWT
Meyakini kepada Allah SWT dengan sifat-sifat-Nya
akan memberikan banyak hikmah diantaranya :
1. Meyakini kebesaran Allah SWT
2. Meningkatkan rasa syukur
3. Selalu menjalankan perinyah-Nya.
4. Selalu berusaha menjauhi dan meninggalkan larangan-Nya.
5. Tidak takut menghadapi kematian