أَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ ﴿۱﴾ وَوَضَعْنَا عَنْكَ وِزْرَكَ ﴿۲﴾ الَّذِيْ أَنْقَضَ ظَهْرَكَ ﴿٣﴾
وَرَفَعْنَا لَكَ ذِكْرَكَ ﴿٤﴾
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ
يُسْرًا ﴿٥﴾
إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا ﴿٦﴾ فَإِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ ﴿٧﴾ وَإِلىٰ رَبِّكَ فَارْغَبْ ﴿٨﴾
1.
Bukankah Kami telah melapangkan
untukmu dadamu?,
2.
Dan Kami telah menghilangkan
daripadamu bebanmu,
3.
yang memberatkan punggungmu?
4.
Dan Kami tinggikan bagimu sebutan
(nama)mu.
5.
Karena sesungguhnya sesudah
kesulitan itu ada kemudahan,
6.
sesungguhnya sesudah kesulitan
itu ada kemudahan.
7.
Maka apabila kamu telah selesai
(dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain,
8.
dan hanya kepada Tuhanmulah
hendaknya kamu berharap.”
Surah
ini berkaitan erat dengan surah sebelumnya, yakni Surah al-Dhuha. Surah ini
ditujukan kepada Nabi dan diperluas kepada semua orang yang mengikuti ajaran
Nabi Muhammad. Berikut ini akan dijelaskan pokok-pokok isi dari surat Al Insyirah.
Bukankah Kami telah melapangkan dadamu untukmu?
Syaraha
berarti 'membukakan, menyingkapkan, menjelaskan, menerangkan atau menampakkan,'
dan 'melapangkan'. Syaraha juga berarti 'memotong'. Dalam dunia bedah, kata
tasyrih berarti pemotongan. Dalam ayat
ini syaraha dimaknai ebagai melapangkan.
Meskipun
ayat ini ditujukan kepada Nabi, namun ia berlaku kepada semua orang. Beban
kebodohan digantikan dengan beban kenabian, tapi beban tersebut menjadi ringan
karena berbagai rahasia alam semesta telah diungkapkan kepadanya.
Dan mengangkat bebanmu dari (pundak)mu,
Wazara,
akar dari wizr (beban, muatan berat), adalah 'memikul atau menanggung (suatu
beban)'. Dari kata tersebut muncul kata wazir artinya 'menteri, wakil,
konselor', yakni, seseorang yang membantu penguasa atau raja untuk memikul
beban negara. Maksud ayat ini adalah bahwa kita dibebaskan dari tanggung jawab
apa pun selain daripada sebagai hamba Pencipta kita. Jika kita sungguh-sungguh
memahami penghambaan, maka kita tidak lagi terbebani seperti sebelumnya tapi
kita malah hanya melaksanakan tanggung jawab dan kewajiban kepada Allah, tanpa
menambah beban lagi kepada diri kita.
Yang telah memberatkan unggungmu?
Jika
kita selalu ingat akan Allah, sadar bahwa pada suatu saat napas kita bisa
berhenti, dan bahwa kita akan segera kembali menjadi debu, maka kita pun akan
sadar bahwa yang dapat kita lakukan saat ini hanyalah mengabdi kepada-Nya dan
berusaha berbuat sebaik-baiknya. Tidak ada yang harus kita lakukan selain dari
itu. Secara tidak sengaja mungkin kita telah mengundang kesulitan di dunia ini,
namun kesulitan dunia ini tetap akan datang dan menemukan kita.
Dan meninggikan untukmu sebutan kamu?
Ini
berkenaan dengan zikir lahiriah Nabi. Kita tidak bisa melakukan zikir lahiriah
yang lebih tinggi dari Nama Allah. Zikir batiniah Nabi merupakan kesadaran
beliau yang tak henti-henti, berkesinambungan, dan tidak terputus terhadap
Penciptanya. Zikir Nabi terhadap Penciptanya memiliki kedudukan paling tinggi
karena di antara ciptaan Allah beliaulah yang paling dekat kepada-Nya.
Ketika
Nabi berzikir, zikimya diangkat lebih tinggi sehingga zikir Nabi berada di
urutan paling tinggi; kehidupannya sendiri merupakan zikrullah.
Karena sesungguhnya bersama setiap kesulitan ada kemudahan,
Sesungguhnya
bersama setiap kesulitan ada kemudahan.
Dua
ayat ini memberikan penjelasan khusus mengenai permasalahan hidup / kesulitan,
yakni 'bersama kesulitan ada kemudahan', yang menunjukkan bahwa hanya ada satu
kesulitan. Ini berarti bahwa pada setiap kesulitan ada dua kemudahan atau
solusi. Solusi pertama adalah bahwa kesulitan akan berlalu: ia tidak bisa
berlalu dengan sendirinya, tapi akhirnya ia akan berlalu karena lambat laun
kita pergi darinya melalui kematian. Solusi kedua adalah bagi pencari sejati;
solusinya terletak dalam pengetahuan tentang proses awal terjadinya kesulitan
kemudian melihat kesempumaan di dalamnya.
Maka
jika engkau sudah bebas, tetaplah tabah bekerja keras!
Makna
syari’ (lahiriah) dari ayat ini adalah bahwa begitu kita selesai berurusan
dengan dunia dan dengan segala tanggung jawab kita di dalamnya, hendaknya kita
bersiap-siap untuk mencari pengetahuan langsung tentang Realitas Ilahi. Menurut
penafsiran golongan ahl al-Bayt tentang ayat ini, bila kita selesai menunaikan
salat-salat formal kita, maka hendaknya kita melanjutkan ke tahap berikutnya,
yakni begadang sepanjang malam melaksanakan salat lagi, zikir dan belajar. Bila
kita sudah menyelesaikan segala kewajiban kita terhadap penciptaan dan terhadap
Pencipta kita, maka hendaknya kita berbuat lebih, dan mencurahkan diri kita
sepenuhnya. Perjuangan dan upaya batin ini adalah makna harfiah dari kata
jihad, yang hanya dalam peristiwa tertentu saja menjadi 'perang suci'.
Dan jadikanlah Tuhanmu sebagai tujuan [kerinduan] engkau semata!
Ketika
kita mempraktikkan hasrat keingintahuan kita, bila kita menginginkan
pengetahuan, maka kita akan menjadi pengetahuan, persis sebagaimana kita
mempraktikkan kemarahan, maka kita pun akan menjadi kemarahan. Begitu kita
meletakkan dasar-dasar yang perlu untuk menunaikan segala kewajiban kita, maka
kita pun sah untuk menjadikan Allah sebagai satu-satunya tujuan kita. Bagaimana
pun, menunaikan kewajiban kita terlebih dahulu adalah penting, karena, kalau
tidak kita akan melaksanakan keinginan untuk melarikan dir
1.
Menghafal Surat Al Insyirah ayat 1-8
Bila kamu sudah
lancar membaca, cobalah berlatih menghafalkannya. Agar lebih mudah dalam
menghafal, hafalkan ayat demi ayat. Setelah hafal, cobalah beruang-ulang untuk
melancarkannya. Agar hafalanmu tidak hilang, bacalah surat Al Insyirah ini saat
shalat, baik ketika shalat berjamaah maupun munfarid / sendirian.
2.
Menyalin Surat Al Insyirah ayat 1-8
Salinlah surat Al
Insyirah ayat 1-8 pada buku tulis kamu dengan baik dan benar, perhatikan tata
cara mmenyambung huruf demi huruf, kalimat demi kalimat, serta perhatikan
harakatnya. Agar salinan Al Qur’an yang kamu tulis benar, maka perhatikan
ketentuan-ketentuan beikut :
ö Tulisan harus sesuai dengan apa yang
tertulis di dalam Al Qur’an.
ö Tata cara menulis Arab adalah dari arah
dari kanan ke kiri.
ö Jangan memutus kata di akhir baris.
ö Setelah lancar dalam menyalin dengan
cara melihat Al Qur’an, cobalah lakukan dengan cara menulis imla’ (salah
seorang temanmu membacakan/mendikte, sedangkan kamu menulis). Hal demikian
dapat dilakukan secara bergantian.
ö Jika menemui kesulitan segera bertanya
kepada gurumu, agar tidak mengalami kesalahan yang berkelanjutan.
ö Perbanyaklah untuk berlatih menulis Al
Qur’an !