Perhatikan keadaan alam sekitar ini, bagaimana Allah SWT menciptakan
gunung, laut, tanaman, binatang, dan juga manusia. Coba bandingkan diantara
benda-benda tersebut? Bagaimana menurut pendapatmu, apakah manusia termasuk
makhluk ciptaan Allah SWT yang diciptakan lebih sempurna dibandingkan dengan
makhluk lainnya? Dan apakah manusia itu diciptakan baik hanya fisiknya saja?
Dalam Al Qur’an surat at Tiin diterangkan tentang bagaimana Allah menciptakan
manusia, bagaimana Allah mangajarkan agar manusia menjadi lebih baik lagi?
Berikut akan diterangkan secara lengkap tentang hal-hal di atas.
A.
QS At Tiin
Artinya:
“Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun (1), Demi (bukit)
Tursina/Sinai (2), Demi kota (Mekah) ini yang aman (3), Sesungguhnya Kami telah
menciptakan manusia dalam sebaik-baik bentuk (4), Kemudian Kami
mengembalikannya (manusia) ke tempat yang serendah-rendahnya (5), Kecuali
orang-orang yang beriman dan beramal shaleh/berbuat kebaikan; bagi mereka
pahala yang terus menerus (6), Maka apakah yang menyebabkan kamu mendustakan
(hari pembalasan/akhir) sesudah (adanya) agama/peringatan-peringatan itu? (7), Bukankah Allah adalah
seadil-adil Hakim (8)”.
B.
Arti Mufradat
وَاَلتِّيْن
: Demi buah Tin
اَلزَّيْتُوْن :
Buah Zaitun
طُوْرِسِيْنِيْنَ :
Bukit Tursina (Sinai)
اَلْبَلَدُ
الْأَمِيْنُ : Kota/Negeri yang aman
لَقَدْ خَلَقْنَا : Sesungguhnya
kami telah menciptakan
اَلْإنْسَانُ :
Manusia
أحْسَنُ تَقْوِيْمُ : Sebaik-baik bentuk
ثُمَّ رَدَدْنَاهُ : Kemudian kami
mengembalikannya (manusia)
اَسْفَلَ
سَافِلِيْنَ : Tempat yang serendah-rendahnya
اِلَّا الَّذِيْنَ
آمَنُوْا : Kecuali Orang-orang yang beriman
وَعَمِلُوُا الصَّالِحَاتِ :
Dan Orang-orang yang
beramal shalIh
فَلََهُمْ أَجْرٌ : Maka bagi mereka
pahala (balasan)
غَيْرُ مَمْنُوْنٍ :
Terus-menerus (tanpa
henti)/ tiada putus-putusnya
فَمَا يُكَذِّبُكَ :
Maka apakah (yang
menyebabkan) kamu mendustakan
بَعْدَُ : Sesudah/setelah
اَلدِّيْنُ :
Agama (ajaran-ajaran)
اَلَيْسَ اللهُ :
Bukankah Allah
بِأَحْكَمِ
اْلحَاكِمِيْنَ : Seadil-adilnya Hakim
C.
Kandungan Surat at-Tiin
Surat at-Tin terdiri atas 8 ayat dan tergolong surat
Makkiyah. Nama surat at-Tiin diambil dari kata ‘at-Tiin’ yang terdapat pada
ayat pertama. Di dalam surat at Tiin ini, Allah swt. mengawali firman-Nya dengan sumpah.
Allah bersumpah dengan empat hal, yaitu buah tiin, buah zaitun, bukit Sinai,
dan kota Makah. Ahli tafsir berpendapat bahwa buah at Tiin adalah merupakan
masa Nabi Adam As, suatu tempat (bukit)
tertentu di Damaskus Syria. Sementara al zaitun adalah masa Nabi Nuh As, tempat
dimana nabi Isa As menerima wahyu. Bukit Sinai merupakan suatu tempat dimana Nabi
Musa AS menerima wahyu dari Allah SWT. Sedangkan kota Makkah kita tahu bahwa di
tempat itu nabi Muhammad SAW menerima
wahyu dari Allah swt.
Dengan Allah bersumpah keempat tempat suci itu, tempat dimana memancarnya cahaya
Tuhan yang terang benderang, seakan-akan menyampaikan pesan bahwa manusia yang
diciptakan oleh Allah SWT dalam bentuk fisik dan psikis yang sebaik-baiknya
akan bertahan dalam keadaaan seperti itu jika mereka mengikuti
petunjuk-petunjuk yang disampaikan para nabi di tempat-tempat suci itu.
Pada Ayat keempat, Allah SWT menegaskan ”Sesungguhnya
Kami telah menciptakan manusia dalam sebaik-baik bentuk”. Dalam ayat ini
Allah SWT menggunakan kata Kami, hal
ini mengisyaratkan adanya keterlibatan selain-Nya dalam hal penciptaan manusia.
Ini mengisyaratkan ada pencipta lain selain Allah, namun tidak sebaik Allah.
Peranan yang lain itu sebagai ”pencipta” sama sekali tidak seperti Allah,
melainkan hanya sebagai alat atau perantara. Kedua orang tua, baik ibu maupun
bapak diakui oleh para ilmuwan mempunyai peran yang cukup berarti dalam
pembentukan fisik dan kepribadian anak.
Bahwa Allah dalam menciptakan manusia dalam bentuk
yang terbaik, baik dari aspek rohani maupun aspek jasmani. Pada aspek rohani,
manusia dianugerahkan jiwa dan akal untuk berfikir tentang tanda-tanda
kekuasaan-Nya. Anugerah akal tidak diberikan oleh Allah kepada makhluk-Nya yang
lain seperti binatang dan tumbuh-tumbuhan. Sedangkan aspek jasmani, manusia
diberikan susunan anatomi tubuh yang paling indah dan sempurna, mulai dari
ujung rambut sampai telapak kaki. Karena itu, dalam ayat yang lain Allah
memerintahkan manusia agar memperhatikan sekujur tubuhnya yang sempurna itu dan
dengan begitu akan melahirkan ekspresi rasa syukur atas tubuhnya itu kepada
sang Pencita, Allah SWT. Seperti firman-Nya yang artinya “…dan di dalam dirimu, apakah
kamu tidak memperhatikan”. Oleh karena itu, apabila manusia tidak mentaati
perintah Allah dan Rasul-Nya, maka keistimewaan yang telah dianugerahkannya
tidak akan membawa kemuliaan dan kebahagiaan baginya, bahkan akan dikembalikan
ke tempat yang paling rendah, yaitu neraka, sebagaimana dijelaskan pada ayat kelima.
Selanjutnya pada ayat keenam dijelaskan
bahwa untuk dapat selamat dari api neraka dan terus sebagai makhluk Allah yang
paling istimewa, manusia harus beriman dan beramal shaleh (berbuat kebaikan
sesuai dengan syariat Islam), dan merekalah orang-orang yang akan mendapatkan
pahala (balasan) yang terus-menerus. Kita ingat ketika manusia di dalam
kandungan pada usia empat bulan, Allah meniupkan ruh kepada janin yang ada
dalam kandungan, sebagai tandanya setelah usia kehamilan tersebut si janin
sudah mulai bisa bergerak.
Adanya fisik, darah, dan daging yang ada dan
berkembang pada manusia mendorong manusia untuk melakukan aktivitas untuk
mempertahankan hidup jasmani dan keturunannya. Sedangkan ruh yang ditiupkan
Allah tadi mengantarkannya untuk berhubungan dengan Allah SWT. Dan inilah yang
mengantar manusia untuk menundukkan kebutuhan-kebutuhan jasmaniahnya sesuai
tuntunan Allah. Apabila terlepas dari ruh tadi, maka manusia akan jatuh ke
lembah yang tidak baik. Manusia mampu mencapai tingkat atau derajat yang
terbaik, jika dapat menjaga perpaduan yang seimbang antara kebutuhan fisik dan
jiwa (ruh), tetapi jika hanya memperhatikan aspek jasmaniahnya saja maka dia
akan dikembalikan ke derajat yang paling rendah di dunianya, dan di akhiratnya
akan dimasukkan ke tempat yang paling rendah, yaitu neraka.
Pada ayat ketujuh, setelah Allah memberikan
gambaran tentang penciptaan manusia yang sempurna, serta dibekali
potensi-potensi agar manusia tetap bisa menjadi yang terbaik, maka Allah
mempertanyakan bahwa apa yang menyebabkan manusia mendustakan dan tidak beriman
terhadap pembalasan (perbuatan baik dan buruk) di hari akhir? Sementara ia
mengetahuinya setelah Allah memberikan peringatan-peringatan (ajaran agama).
Dan pada ayat kedelapan
Allah menegaskan bahwa Ia adalah seadil-adil Hakim yang memberikan ganjaran
(surga atau neraka) sesuai dengan amal perbuatan manusia itu sendiri. Oleh
karena itu manusia harus meyakininya, kemudian dapat berfikir dan berbuat
dengan bijaksana dan seadil-adilnya terhadap diri sendiri dan orang lain agar
kehidupannya tidak menyesal di kemudian hari.