MENINGKATKAN KEMAPUAN MEMBACA QS. AT-TIN
MELALUI PENDEKATAN CTL
PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 1 BONANG
Oleh : Mushonef, S.Ag
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Keberhasilan pembelajaran amat ditentukan oleh kondisi yang terbangun selama pembelajaran. Kondisi pembelajaran yang semakin kondusif dan menyenangkan , menyebabkan tingkat keberhasilan peserta didik dalam belajarnya akan semakin tinggi begitu juga sebaliknya, keberhasilan peserta didik akan rendah jika kondisi pembelajaran kurang kondusif dan membosankan. Dengan kata lain, terciptanya kondisi pembelajaran yang kondusif akan menjadikan proses pembelajaran berlangsung secara efektif dan efisien dan peserta didik akan berhasil dengan optimal dalam mewujudkan tujuan/kompetensi yang diharapkan dalam proses pembelajaran.
Al-Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW. Di dalamnya terkumpul wahyu Ilahi yang menjadi petunjuk, pedoman dan pelajaran bagi siapa saja yang meyakini dan mengamalkannya.
Ajaran Islam memerintahkan kepada umat Islam untuk belajar Al-Qur’an untuk mahir dan mengajarkannya kepada orang lain.
Rasulullah SAW bersabda :
”Sebaik-baik diantara kamu adalah orang belajar Al-Qur:’an dan mengajarkannya” (HR. Bukhori, Abu Dawud, Tarmidi dan An-Nasa’i)
Namun dalam kenyataanya mayoritas umat Islam di Indonesia masih banyak yang belum bisa membaca Al-Qur’an dengan fasih dan benar apalagi sampai memahami isi kandungannya.
Demikian pula siswa-siswi kelas IX SMP Negeri 1 Bonang Kabupaten Demak belum mapu memenuhi harapan dari standar isi yang diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.22/2006.
Untuk dapat membaca Al-Qur’an dengan fasih dan benar serta dapat memahami isi kandungannya, diperlukan model pembelajaran yang menarik, menyenangkan (joyful learning), interaktif, serta lebih memfungsikan peserta didi dalam aktifitas pembelajaran.
Menurut Reigeluth, (1983) hasil belajar peserta didik yang efektif, efisien dan mempunyai daya tarik dipengaruhi oleh kondisi pembelajaran.
Oleh karena itu prndidik harus berupaya bagaimana menciptakan kondisi yang kondusif, menyenangkan, menantang, sehingga materi ajar yang disajikan dapat mengintervensi kompetensi yang diharapkan dalam diri peserta didik.
Melalui serangkaian kegiatan pembelajaran yang berlangsung dalam kondisi yang menyenangkan akan berpeluang bagi peserta didik untuk dapat mengungkap arti dan makna yang berbeda atas interpretasinya terhadap obyek, materi yang tersajikan.
Berpijak dari permasalahan diatas penulis menyajikan penerapan model pembelajaran CTL untuk meningkatkan motivasi dan kreasi siswa dalam memahami Qs. At-Tin, dan ternyata hasilnya sangat memuaskan.
Oleh karena itu karya tulis ini penulis beri judul “Meningkatkan Kemapuan Membaca Qs. At-Tin Melalui Pendekatan CTL Pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 1 Bonang”
2. Ruang Lingkup
Ruang lingkup yang dibahas dalam karya tulis ini dibatasi pada siswa kelas IXC SMP Negeri 1 Bonang Kabupaten Demak pada semester ganjil tahun pelajaran 2009/2010.
Beberapa permasalahan yang terjadi di SMP Negeri 1 Bonang khususnya, antara lain :
a. Minat siswa untuk mempelajari Al-Qur’an masih sangat rendah
b. Kemapuan siswa dalam membaca Al-Qur’an masih sangat rendah
Dari beberapa permasalahan tersebut, dapat penulis rumuskan permasalahannnya sebagai berikut :
a. Apakah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL dapat meningkatkan minat siswa untuk
mempelajari Al-Qur’an ?
b. Apakah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL dapat meningkatkan kemampuan siswa
dalam membaca Al-Qur’an Surat At-Tin?
3. Tujuan dan Manfaat
a. Tujuan
Tujuan dari penulisan karya tulis ini adalah untuk :
Manfaat dari penelitian ini adalah :
CTL (Contextual Teaching and learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiri), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment)
Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlansung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil
Dalam kelas kontektual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa).
Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru.Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual
Ada kecendrungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan memgetahuinya.
Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi menggingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang, oleh karena itu untuk newujudkan ketercapaian tujuan pembelajaran yang optimal, pendidik harus memilih dan menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi penbelajaran.
Model adalah Kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pengajaran dan para guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar (Udin S. Winataputra, 1994).
1. Penyusunan Program Pengajaran
a. Setting Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas (Classroom Action Reseach) yang meliputi : Merencanakan (Planing), Tindakan (Action), Mengamati (Observation), dan Merefleksi (Reflection). Penelitian merupakan penelitian berdaur (siklus) dan bertujuan untuk mengetahui efektifitas pendekatan CTL dalam meningkatkan kemampuan membaca QS. At-Tin pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas IX semester gazal.
b. Tujuan Pembelajaran
1) Standar Kompetensi : Memahami ajaran Al-Qur’an surah At-Tin
2) Kompetensi Dasar : Membaca QS. At-Tin dengan tartil
3) Indikator
Berdasarkan pada jenis penelitian, yaitu PTK maka ditempuh langkah-langkah sebagai berikut :
Perencanaan :
Observasi :
Observasi dilakukan untuk menemukan siswa yang masih bermasalah dalam proses pembelajaran maupun pada saat pelaksanaan evaluasi hasil pembelajaran, pada tahap ini guru menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan atau mencata/merekam hal-hal penting yang terjadi.
2. Pelaksanaan Program Pembelajaran
Melaksanakan sekenario pembelajaran dan rencana yang telah disusun pada tahap sebelumnya dengan langkah-langkah sebagai berikut :
Kegiatan awal
1. Guru memberi salam dan memulai pelajaran dengan membaca Basmalah dan berdoa
2. Apersepsi : menanyakan tentang materi minggu lalu
3. Motivasi : menjelaskan pentingnya materi yang akan diajarkan berikut kompetensi dasar yang akan dicapai.
Kegiatan Inti
a. Siswa diminta membaca Juz Amma untuk membaca surat-surat pendek (fase eksplorasi)
b. Siswa dibagi menjadi menjadi 5 kelompok yang teridiri dari 8 siswa tiap-tiap kelompok dan masing-masing mendapat puzzle QS At-Tiin
c. Siswa mendiskusikan dan menyusun urutan potongan-potongan QS At-Tin dengan kelompok masing-masing dan berlatih membaca potongan-potongan ayat dari QS At-Tin tersebut
d. Guru mengamati dan mengobservasi kegiatan masing-masing kelompok dan memastikan masing-masing anggota kelompok dapat membaca potongan-potongan ayat QS At-Tin dengan benar.
e. Siswa mendiskusikan dengan kelompok masing-masing untuk dapat merangkai potongan-potongan ayat dari QS At-Tin menjadi satuan Surat yang utuh dan benar
f. Guru mengamati dan mengobservasi kegiatan masing-masing kelompok dan memastikan masing-masing anggota kelompok dapat merangkai potongan-potongan ayat dari QS At-Tin menjadi satuan Surat yang utuh dan benar
g. Siswa mendiskusikan dengan kelompok masing-masing untuk dapat membaca dengan tartil dan benar hasil rangkaian potongan-potongan ayat dari QS At-Tin.
h. Guru memastikan semua anggota kelompok mampu membaca QS. At-Tin dengan tartil dan benar
i. Guru mencatat permasalahan-permasalahan yang terjadi selama proses pembelajaran.
j. Guru menunjuk beberapa siswa untuk menjadi tutor sebaya bagi siswa yang mengalami kesulitan.
k. Guru memberi tugas kepada siswa untuk menulis arti QS At-Tiin sesuai potongan lafadznya dan menghafalkan QS At-Tiin
Proses pembelajaran tersebut adalah proses pembelajaran dengan pendekatan CTL, yang didalamnya terpenuhi tujuh komponen CTL, yaitu :
1. Konstruktivisme
Ketika para siswa berdiskusi dan saling tukar pendapat maka mereka membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan awal
Oleh karena itu pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan
2. Inquiry
Ketika para siswa mendapatkan Puzle QS. At-Tin maka terjadi proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman, dari proses itulah siswa belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis untuk dapat menemukan sesuatu.
3. Questioning (Bertanya)
Pada saat siswa berdiskusi sesame teman mereka maka terjadilah interaksi saling bertanya baik antar sesama siswa maupun antara siswa dan guru dan disinak guru sangat berperan untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa
Questioning ini adalah bagian terpenting bagi siswa dalam pembelajaran yang berbasis inquiry
4. Learning Community (Masyarakat Belajar)
Pada saat siswa berkelompok dan berdiskusi maka terciptalah sekelompok orang yang terikat dalam kegiatan belajar dan saling kerja sama untuk mencapai tujuan karena bekerjasama dengan orang lain lebih baik daripada belajar sendiri kerena bekerja sama dapat bertukar pengalaman dan berbagi ide
5. Modeling (Pemodelan)
Ketika para siswa berkumpul dan berkelompok dalam sebuah ikatan belajar maka terjadilah proses penampilan suatu contoh baik yang bearasal dari sesame teman maupun dari guru pembimbing sehingga siswa tersebut berpikir, bekerja dan belajar dan tentunya para siswa mengerjakan apa yang guru inginkan agar siswa mengerjakannya
6. Reflection ( Refleksi)
Dalam diskusi kelompok siswa dan guru saling berpikir dan mencatat tentang apa yang telah di pelajari sekaligus membuat jurnal dan catatan penting untuk perbaikan..
7. Authentic Assessment (Penilaian Yang Sebenarnya)
Proses pembelajaran yang terjadi pada diskusi kelompok dapat digunakan untuk mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa karena disinilah kinerja siswa dapat diukur dengan dengan langsung.
a. Siklus I
Pembelajaran Siklus 1 menggunakan potongan tiap ayat QS. At-Tin
Tindakan siklus 1 yang akan diberikan untuk memahamkan siswa terhadap bacaan QS At-Tin adalah bagian dari model pembelajaran dengan pendekatan CTL yaitu membagikan :
1) Guru menyiapkan potongan-potongan tulisan QS At-Tin berdasarkan potongan per ayat, sehingga masing-masing kelompok mendapatkan 8 potongan Qs At-Tin.
2) Guru membagi potongan-potongan ayat tersebut kepada tiap-tiap kelompok yang terdiri dari 8 siswa, sehingga masing-masing mendapat 1 potongan ayat.
3) Siswa berdiskusi membaca dan menyusun tiap potongan ayat menjadi susunan QS At-Tin yang utuh pada tiap-tiap kelompok.
4) Guru melakukan observasi dan penilaian terhadap masing-masing kelompok.
b. Siklus II
Pembelajaran pada siklus II menggunakan potongan-potongan lafal QS At-Tin.
Pada pelaksanan pembelajaran siklus II ini, dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
1) Guu lebih banyak mempersiapkan potongan-potongan kertas yang bersisi tiap lafal dan atau gabungan beberapa lafal dari QS At At-Tin.
2) Siswa berdiskusi menyusun dan berlatih membaca potongan-potongan QsS At-Tin tersebut.
3) Melalui teman sekelompok, siswa yang kurang fasih membaca berlatih bersama teman-teman yang lebih fasih membacanya.
4) Siswa yang menjadi tutor sebaya menguji teman-temannya untuk membaca dengan menunjukkan kertas yang berisi lafal-lafal dari QS At-Tin.
5) Dengan bantuan tutor sebaya, semua siswa dalam kelompok diskusi terus berlatih menyusun dan membaca QS At-Tin sampai benar-benar lancer dan fasih.
6) Guru membina, membi,bing dan mengarahkan selama terjadinya proses pembelajaran dalam kelompok.
7) Guru mengevaluasi hasil pembelajaran dengan menguji bacaan siswa QS At-Tin secara sempurna.
3. Penilaian Proses dan Hasil Pembelajaran
Untuk mengetahui hasil dari penyajian materi, disiapkan lembar evaluasi dengan menggunakan alat penilaian berupa bacaan Qur’an Surat At-Tin ayat 1-8 yaitu :
Hasil evaluasi didata dengan menggunakan table penilaian yang disajikan pada table 1 sebagai berikut:
Tabel 1. Tabel penilaian membaca QS. At-Tin
No Nama Aspek Penilaian Skor
Ketepatan bacaan
0-50 Kelancaran
0-50
Data yang diperoleh dari penilaian proses akan dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif dengan format berdasarkan Analisis Ulangan Harian.
Skala pengelompokan siswa didasarkan pada skala yang terdapat pada buku laporan hasil belajar siswa SMP yang disajikan pada table 2 sebagai berikut
Tabel 2. Skala pengelompokan Skor nilai siswa
Skala Sekor Nilai dengan huruf Keterangan
86 – 100 A Baik Sekali
71 – 85 B Baik
56 – 70 C Cukup
41 – 56 D Kurang
< 40 E Sangat Kurang 4. Laporan Hasil a. Siklus I Deskripsi Hasil Siklus I Pada siklus I diperoleh hasil sekor kemampuan siswa membaca QS At-Tin melalui potongan-potongan tiap ayat QS At-Tin terlihat pada table berikut ini : Tabel 3. Deskripsi distribusi skor membaca QS. At-Tin pada penilaian siklus I No Nama Siswa Aspek Penilaian Skor Ketepatan bacaan 0-50 Kelancaran 0-50 Tabel 4. Perolehan nilai hasil belajar pada siklus I Dari hasil diatas dapat dideskripsikan pada tabel berikut ini : Tabel 5. Deskripsi distribusi skor pemahaman membaca Al QS At Tin pada Siklus I Tabel diatas menunjukkan bahwa pencapaian hasil belajar siswa sudah berapada pada rata-rata pencapaian 80,13 % atau dalam kategori B. untuk aspek yang pertama (ketepatan bacaan) diperoleh prosentase pencapaian sebesar 79,75 % dengan kategori B dan aspek yang kedua (kelancaran bacaan) diperoleh 80,75 % atau berada dalam kategori B. Refleksi pada Siklus I Dasi hasil analisis pada siklus pertama menunjukkan bahwa siswa masih mengalami kesulitan dalam ketepatan bacaan maupun kelancaran bacaan walaupun telah diperoleh persentase ketercapaian 79,75 % pada aspek ketepatan bacaan atau berada dalam kategori B “Baik” dan 80,75 % pada aspek kelancaran bacaan atau berada dalam kategori B “Baik” serta diperoleh persentase rata-rata sebesar 80,13 % (kategori B) “Baik”. Dari hasil analisis deskriptif pada siklus pertama menunjukkan bahwa siswa masih mengalami kesulitan membaca karena potongan-potongan kertas yang berisi QS At Tin masih terlalu panjang yaitu berupa potongan ayat sehingga menyebabkan frekuensi berfikir dan melafalkannya juga rendah pula, oleh karena itu perlu dilakukan proses diskusi kelompok pada siklus II. b. Siklus II Deskripsi Hasil Siklus II Hasil analisis deskriptif dari hasil pembelajaran pada siklus II diperoleh hasil seperti ditunjukkan pada tabel 5 berikut ini : Tabel 6. Perolehan nilai hasil belajar pada siklus II Dari hasil diatas dapat dideskripsikan pada table berikut ini : Tabel 7. Deskripsi distribusi skor pemahaman membaca Al QS At Tin pada Siklus II Dari hasil deskripsi perolehan nilai pembelajaran pada siklus II tampak bahwa terjadi peningkatan pemahaman membaca QS At Tin secara keseluruhan dan diperoleh persentase ketercapaian pada aspek ketepatan bacaan diperoleh 89 % atau berada pada kategori A “Baik Sekali”, ]ada aspek penilaian kelancaran diperoleh 90,25 % atau pada kategori A “baik sekali” dan rata-rata pencapaian dari seluruh aspek diperoleh 89.63 % atau pada kategori A “Baik sekali”, ini menunjukkan terjadi peningkatan sebesar 9.50 %. Refleksi Pada Siklus II Dari hasil analisis deskriptif pada siklus kedua menunjukkan bahwa hamper mayoritas siswa mengalami kemajuan kemampuan membaca QS At Tin dengan rata-rata persentase ketercapaian mencapai 89,63 %, ini menunjukkan bahwa pendekatan CTL dalam proses pembelajaran membaca QS At Tin dapat meningkatkan kemampuan ketepatan bacaan dan kelancaran bacaan dalam meteri QS At Tin. c. Hasil yang dicapai secara kualitatif Dengan cara kualitatif kegiatan yang dilakukan sesuai rencana kegiatan pembelajaran diperoleh hasil-hasil sebagai berikut : Tabel 8. Tabel Penilaian Hasil Belajar Siklus I dan Siklus II Dari tabel 8 diatas nampak bahwa pada siklus I terlihat bahwa terdapat 45 % siswa dalam kategori A (Baik sekali), 22,5 % siswa kategori B (baik) dan 22,5 % siswa dalam kategori C (Cukup), namun pada hasil pembelajaran siklus II tampak terlihat 55 % siswa dalam kategori A (Baik sekali) dan 45 % siswa dalam kategori B (Baik Sekali). Hal ini menunjukkan bahwa pendekatan CTL dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca QS At Tin terutama dengan menggunakan potongan-potongan kertas yang berisi lafal dan atau beberapa lafal dari QS Qt Tin. Karena dengan menggunakan potongan-potongan lafafal yang lebih kecil memungkinkan siswa berfikir lebih kritis dan memiliki fkekuensi pengulangan bacaan lafal lebih tinggi. Dengan frekuensi pengulangan yang lebih tinggi dapat menghasilkan ketepatan bacaan dan kelancaran bacaan lebih tinggi pula. B. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Mengacu pada hasil-hasil yang dicapai pada analisis data pada penguasaan materi pelajaran Pendidikan Agama Islam pada Standar Kompetensi Memahami Ajaran Al Qur’an Surat At Tin dengan Kompetensi Dasar Membaca QS At Tin dengan tartil, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : a. Tingkat pemahaman materi QS At Tin pada siklus I diperoleh persentase pencapaian rata-rata sebesar 80,13 % (kategori B) “Baik” dari sekor ideal 100. Hal ini menunjukkan bahwa hasil ini lebih baik dari pada pencapaian pada tahun sebelumnya. b. Tingkat pemahaman materi QS At Tin pada siklus II diperoleh persentase pencapaian rata-rata sebesar 89,63 % (kategori A) “Baik Sekali” dari sekor ideal 100. Hal ini menunjukkan bahwa masalah yang muncul pada siklus I telah teratasi dengan baik.. c. Hasil pencapaian antara siklus I dengan siklus II mengalami kenaikan rata-rata sebesar 9.50 %, hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran QS At Tin dengan menggunakan pendekatan CTL melalui diskusi kelompok dengan media/alat potongan-potongan lafal Qs At Tin lebih efektif disbanding dengan potongan-potongan ayat. 2. Saran a. Pembelajaran QS At Tin dengan pendekatan CTL melalui diskusi kelompok dengan alat/media pembelajaran potongan-potongan kertas yang ber isi lafal dari QS at Tin dapat meningkatkan pemahaman siswa sehingga dapat meningkatkan ketepatan bacaan dan kelancaran bacaan. Oleh karena itu kepada para rekan guru terutama guru Pendidikan Agama Islam lebih menyempurnakan penerapan pendekatan CTL pada proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam terutama pada Standar Kompetensi MemahamiAjaran Al Qur’an Surat At Tin. b. Agara para guru selalu berusaha meningkatkan kemapuan melaksakan proses kegiatan pembelajaran yang secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik, sesuai dengan yang diamanatkan pasal 19 ayat 1 Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Ajaran Islam memerintahkan kepada umat Islam untuk belajar Al-Qur’an untuk mahir dan mengajarkannya kepada orang lain.
Rasulullah SAW bersabda :
”Sebaik-baik diantara kamu adalah orang belajar Al-Qur:’an dan mengajarkannya” (HR. Bukhori, Abu Dawud, Tarmidi dan An-Nasa’i)
Namun dalam kenyataanya mayoritas umat Islam di Indonesia masih banyak yang belum bisa membaca Al-Qur’an dengan fasih dan benar apalagi sampai memahami isi kandungannya.
Demikian pula siswa-siswi kelas IX SMP Negeri 1 Bonang Kabupaten Demak belum mapu memenuhi harapan dari standar isi yang diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.22/2006.
Untuk dapat membaca Al-Qur’an dengan fasih dan benar serta dapat memahami isi kandungannya, diperlukan model pembelajaran yang menarik, menyenangkan (joyful learning), interaktif, serta lebih memfungsikan peserta didi dalam aktifitas pembelajaran.
Menurut Reigeluth, (1983) hasil belajar peserta didik yang efektif, efisien dan mempunyai daya tarik dipengaruhi oleh kondisi pembelajaran.
Oleh karena itu prndidik harus berupaya bagaimana menciptakan kondisi yang kondusif, menyenangkan, menantang, sehingga materi ajar yang disajikan dapat mengintervensi kompetensi yang diharapkan dalam diri peserta didik.
Melalui serangkaian kegiatan pembelajaran yang berlangsung dalam kondisi yang menyenangkan akan berpeluang bagi peserta didik untuk dapat mengungkap arti dan makna yang berbeda atas interpretasinya terhadap obyek, materi yang tersajikan.
Berpijak dari permasalahan diatas penulis menyajikan penerapan model pembelajaran CTL untuk meningkatkan motivasi dan kreasi siswa dalam memahami Qs. At-Tin, dan ternyata hasilnya sangat memuaskan.
Oleh karena itu karya tulis ini penulis beri judul “Meningkatkan Kemapuan Membaca Qs. At-Tin Melalui Pendekatan CTL Pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 1 Bonang”
2. Ruang Lingkup
Ruang lingkup yang dibahas dalam karya tulis ini dibatasi pada siswa kelas IXC SMP Negeri 1 Bonang Kabupaten Demak pada semester ganjil tahun pelajaran 2009/2010.
Beberapa permasalahan yang terjadi di SMP Negeri 1 Bonang khususnya, antara lain :
a. Minat siswa untuk mempelajari Al-Qur’an masih sangat rendah
b. Kemapuan siswa dalam membaca Al-Qur’an masih sangat rendah
Dari beberapa permasalahan tersebut, dapat penulis rumuskan permasalahannnya sebagai berikut :
a. Apakah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL dapat meningkatkan minat siswa untuk
mempelajari Al-Qur’an ?
b. Apakah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL dapat meningkatkan kemampuan siswa
dalam membaca Al-Qur’an Surat At-Tin?
3. Tujuan dan Manfaat
a. Tujuan
Tujuan dari penulisan karya tulis ini adalah untuk :
- Mengetahui keefektifan pendekatan CTL dalam meningkatkan minat dan motivasi siswa untuk mempelajari Al-Qur’an ?
- Mengetahui keefektifan pendekatan CTL dalam meningkatkan kemapuan membaca Al-Qur’an Surat At-Tin.
Manfaat dari penelitian ini adalah :
- Memberi motivasi siswa untuk bergairah dalam mempelajari Al-Qur’an
- Memberi bimbingan kepada siswa agar dapat membaca Al-Qur’an dengan fasih dan benar
- Manfaat bagi guru adalah dapat menjembatani taraf berfikir dan kemampuan siswa dalam mempelajari Al-Qur’an.
CTL (Contextual Teaching and learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiri), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment)
Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlansung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil
Dalam kelas kontektual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa).
Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru.Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual
Ada kecendrungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan memgetahuinya.
Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi menggingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang, oleh karena itu untuk newujudkan ketercapaian tujuan pembelajaran yang optimal, pendidik harus memilih dan menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi penbelajaran.
Model adalah Kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pengajaran dan para guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar (Udin S. Winataputra, 1994).
B. LAPORAN KEGIATAN
1. Penyusunan Program Pengajaran
a. Setting Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas (Classroom Action Reseach) yang meliputi : Merencanakan (Planing), Tindakan (Action), Mengamati (Observation), dan Merefleksi (Reflection). Penelitian merupakan penelitian berdaur (siklus) dan bertujuan untuk mengetahui efektifitas pendekatan CTL dalam meningkatkan kemampuan membaca QS. At-Tin pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas IX semester gazal.
b. Tujuan Pembelajaran
1) Standar Kompetensi : Memahami ajaran Al-Qur’an surah At-Tin
2) Kompetensi Dasar : Membaca QS. At-Tin dengan tartil
3) Indikator
- Siswa dapat membaca potongan-potongan ayat dalam QS. at-Tin dengan benar.
- Siswa dapat membaca keseluruhan ayat dalam QS. at-Tin dengan tartil dan benar.
Berdasarkan pada jenis penelitian, yaitu PTK maka ditempuh langkah-langkah sebagai berikut :
Perencanaan :
- Membuat program pembelajaran atau skenario pembelajaran yang dikembangkan lebih jauh berdasarkan kebutuhan penulisan laporan yang menggunakan pendekatan metode PTK
- Menyiapkan Media/alat yaitu berupa Puzle (potongan-potongan) QS. At-Tin yang telah disalin dalam kertas manila.
- Menyiapkan lembar kerja siswa
- Menyiapkan lembar catatan untuk merekam/mencatat hal-hal yang terjadi selama proses pembelajaran
- Menyiapkan teknik analisis data berdasarkan Teknik Analisis Ulangan Harian dan mendeskripsikan dalam bentuk table persiklus.
- Menyiapkan lang-langkah untuk perbaikan pada indicator yang belum tercapai ketuntasannya (Refleksi), dan sebagai siklus kedua untuk PTK.
Tindakan :
Melaksanakan seluruh rencana yang telah dibuat pada tahap sebelumnya, bahkan bias menyisipkan langkah-langkah baru yang dianggap penting dalam setiap kegiatan yang telah direncanakan, termasuk dalam menyajikan materi pelajaran sesuai dengan scenario yang telah dibuat,dikembangkan sesuai kebutuhan pembelajaran,penelitian ini.Observasi :
Observasi dilakukan untuk menemukan siswa yang masih bermasalah dalam proses pembelajaran maupun pada saat pelaksanaan evaluasi hasil pembelajaran, pada tahap ini guru menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan atau mencata/merekam hal-hal penting yang terjadi.
Refleksi :
Pada tahap ini data yang diperoleh pada tahap sebelumnya dianalisis, termasuk hasil tes dengan tujuan untuk mengetahui tingkat ketercapaian pada siklus ini. Hasil analisis digunakan untuk menentukan langkah pada siklus selanjutnya atau mengambil kesimpulan bila masalah sudah teratasi dengan hasil seperti direncanakan.2. Pelaksanaan Program Pembelajaran
Melaksanakan sekenario pembelajaran dan rencana yang telah disusun pada tahap sebelumnya dengan langkah-langkah sebagai berikut :
Kegiatan awal
1. Guru memberi salam dan memulai pelajaran dengan membaca Basmalah dan berdoa
2. Apersepsi : menanyakan tentang materi minggu lalu
3. Motivasi : menjelaskan pentingnya materi yang akan diajarkan berikut kompetensi dasar yang akan dicapai.
Kegiatan Inti
a. Siswa diminta membaca Juz Amma untuk membaca surat-surat pendek (fase eksplorasi)
b. Siswa dibagi menjadi menjadi 5 kelompok yang teridiri dari 8 siswa tiap-tiap kelompok dan masing-masing mendapat puzzle QS At-Tiin
c. Siswa mendiskusikan dan menyusun urutan potongan-potongan QS At-Tin dengan kelompok masing-masing dan berlatih membaca potongan-potongan ayat dari QS At-Tin tersebut
d. Guru mengamati dan mengobservasi kegiatan masing-masing kelompok dan memastikan masing-masing anggota kelompok dapat membaca potongan-potongan ayat QS At-Tin dengan benar.
e. Siswa mendiskusikan dengan kelompok masing-masing untuk dapat merangkai potongan-potongan ayat dari QS At-Tin menjadi satuan Surat yang utuh dan benar
f. Guru mengamati dan mengobservasi kegiatan masing-masing kelompok dan memastikan masing-masing anggota kelompok dapat merangkai potongan-potongan ayat dari QS At-Tin menjadi satuan Surat yang utuh dan benar
g. Siswa mendiskusikan dengan kelompok masing-masing untuk dapat membaca dengan tartil dan benar hasil rangkaian potongan-potongan ayat dari QS At-Tin.
h. Guru memastikan semua anggota kelompok mampu membaca QS. At-Tin dengan tartil dan benar
i. Guru mencatat permasalahan-permasalahan yang terjadi selama proses pembelajaran.
j. Guru menunjuk beberapa siswa untuk menjadi tutor sebaya bagi siswa yang mengalami kesulitan.
k. Guru memberi tugas kepada siswa untuk menulis arti QS At-Tiin sesuai potongan lafadznya dan menghafalkan QS At-Tiin
Proses pembelajaran tersebut adalah proses pembelajaran dengan pendekatan CTL, yang didalamnya terpenuhi tujuh komponen CTL, yaitu :
1. Konstruktivisme
Ketika para siswa berdiskusi dan saling tukar pendapat maka mereka membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan awal
Oleh karena itu pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan
2. Inquiry
Ketika para siswa mendapatkan Puzle QS. At-Tin maka terjadi proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman, dari proses itulah siswa belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis untuk dapat menemukan sesuatu.
3. Questioning (Bertanya)
Pada saat siswa berdiskusi sesame teman mereka maka terjadilah interaksi saling bertanya baik antar sesama siswa maupun antara siswa dan guru dan disinak guru sangat berperan untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa
Questioning ini adalah bagian terpenting bagi siswa dalam pembelajaran yang berbasis inquiry
4. Learning Community (Masyarakat Belajar)
Pada saat siswa berkelompok dan berdiskusi maka terciptalah sekelompok orang yang terikat dalam kegiatan belajar dan saling kerja sama untuk mencapai tujuan karena bekerjasama dengan orang lain lebih baik daripada belajar sendiri kerena bekerja sama dapat bertukar pengalaman dan berbagi ide
5. Modeling (Pemodelan)
Ketika para siswa berkumpul dan berkelompok dalam sebuah ikatan belajar maka terjadilah proses penampilan suatu contoh baik yang bearasal dari sesame teman maupun dari guru pembimbing sehingga siswa tersebut berpikir, bekerja dan belajar dan tentunya para siswa mengerjakan apa yang guru inginkan agar siswa mengerjakannya
6. Reflection ( Refleksi)
Dalam diskusi kelompok siswa dan guru saling berpikir dan mencatat tentang apa yang telah di pelajari sekaligus membuat jurnal dan catatan penting untuk perbaikan..
7. Authentic Assessment (Penilaian Yang Sebenarnya)
Proses pembelajaran yang terjadi pada diskusi kelompok dapat digunakan untuk mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa karena disinilah kinerja siswa dapat diukur dengan dengan langsung.
a. Siklus I
Pembelajaran Siklus 1 menggunakan potongan tiap ayat QS. At-Tin
Tindakan siklus 1 yang akan diberikan untuk memahamkan siswa terhadap bacaan QS At-Tin adalah bagian dari model pembelajaran dengan pendekatan CTL yaitu membagikan :
1) Guru menyiapkan potongan-potongan tulisan QS At-Tin berdasarkan potongan per ayat, sehingga masing-masing kelompok mendapatkan 8 potongan Qs At-Tin.
2) Guru membagi potongan-potongan ayat tersebut kepada tiap-tiap kelompok yang terdiri dari 8 siswa, sehingga masing-masing mendapat 1 potongan ayat.
3) Siswa berdiskusi membaca dan menyusun tiap potongan ayat menjadi susunan QS At-Tin yang utuh pada tiap-tiap kelompok.
4) Guru melakukan observasi dan penilaian terhadap masing-masing kelompok.
b. Siklus II
Pembelajaran pada siklus II menggunakan potongan-potongan lafal QS At-Tin.
Pada pelaksanan pembelajaran siklus II ini, dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
1) Guu lebih banyak mempersiapkan potongan-potongan kertas yang bersisi tiap lafal dan atau gabungan beberapa lafal dari QS At At-Tin.
2) Siswa berdiskusi menyusun dan berlatih membaca potongan-potongan QsS At-Tin tersebut.
3) Melalui teman sekelompok, siswa yang kurang fasih membaca berlatih bersama teman-teman yang lebih fasih membacanya.
4) Siswa yang menjadi tutor sebaya menguji teman-temannya untuk membaca dengan menunjukkan kertas yang berisi lafal-lafal dari QS At-Tin.
5) Dengan bantuan tutor sebaya, semua siswa dalam kelompok diskusi terus berlatih menyusun dan membaca QS At-Tin sampai benar-benar lancer dan fasih.
6) Guru membina, membi,bing dan mengarahkan selama terjadinya proses pembelajaran dalam kelompok.
7) Guru mengevaluasi hasil pembelajaran dengan menguji bacaan siswa QS At-Tin secara sempurna.
3. Penilaian Proses dan Hasil Pembelajaran
Untuk mengetahui hasil dari penyajian materi, disiapkan lembar evaluasi dengan menggunakan alat penilaian berupa bacaan Qur’an Surat At-Tin ayat 1-8 yaitu :
Hasil evaluasi didata dengan menggunakan table penilaian yang disajikan pada table 1 sebagai berikut:
Tabel 1. Tabel penilaian membaca QS. At-Tin
No Nama Aspek Penilaian Skor
Ketepatan bacaan
0-50 Kelancaran
0-50
Data yang diperoleh dari penilaian proses akan dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif dengan format berdasarkan Analisis Ulangan Harian.
Skala pengelompokan siswa didasarkan pada skala yang terdapat pada buku laporan hasil belajar siswa SMP yang disajikan pada table 2 sebagai berikut
Tabel 2. Skala pengelompokan Skor nilai siswa
Skala Sekor Nilai dengan huruf Keterangan
86 – 100 A Baik Sekali
71 – 85 B Baik
56 – 70 C Cukup
41 – 56 D Kurang
< 40 E Sangat Kurang 4. Laporan Hasil a. Siklus I Deskripsi Hasil Siklus I Pada siklus I diperoleh hasil sekor kemampuan siswa membaca QS At-Tin melalui potongan-potongan tiap ayat QS At-Tin terlihat pada table berikut ini : Tabel 3. Deskripsi distribusi skor membaca QS. At-Tin pada penilaian siklus I No Nama Siswa Aspek Penilaian Skor Ketepatan bacaan 0-50 Kelancaran 0-50 Tabel 4. Perolehan nilai hasil belajar pada siklus I Dari hasil diatas dapat dideskripsikan pada tabel berikut ini : Tabel 5. Deskripsi distribusi skor pemahaman membaca Al QS At Tin pada Siklus I Tabel diatas menunjukkan bahwa pencapaian hasil belajar siswa sudah berapada pada rata-rata pencapaian 80,13 % atau dalam kategori B. untuk aspek yang pertama (ketepatan bacaan) diperoleh prosentase pencapaian sebesar 79,75 % dengan kategori B dan aspek yang kedua (kelancaran bacaan) diperoleh 80,75 % atau berada dalam kategori B. Refleksi pada Siklus I Dasi hasil analisis pada siklus pertama menunjukkan bahwa siswa masih mengalami kesulitan dalam ketepatan bacaan maupun kelancaran bacaan walaupun telah diperoleh persentase ketercapaian 79,75 % pada aspek ketepatan bacaan atau berada dalam kategori B “Baik” dan 80,75 % pada aspek kelancaran bacaan atau berada dalam kategori B “Baik” serta diperoleh persentase rata-rata sebesar 80,13 % (kategori B) “Baik”. Dari hasil analisis deskriptif pada siklus pertama menunjukkan bahwa siswa masih mengalami kesulitan membaca karena potongan-potongan kertas yang berisi QS At Tin masih terlalu panjang yaitu berupa potongan ayat sehingga menyebabkan frekuensi berfikir dan melafalkannya juga rendah pula, oleh karena itu perlu dilakukan proses diskusi kelompok pada siklus II. b. Siklus II Deskripsi Hasil Siklus II Hasil analisis deskriptif dari hasil pembelajaran pada siklus II diperoleh hasil seperti ditunjukkan pada tabel 5 berikut ini : Tabel 6. Perolehan nilai hasil belajar pada siklus II Dari hasil diatas dapat dideskripsikan pada table berikut ini : Tabel 7. Deskripsi distribusi skor pemahaman membaca Al QS At Tin pada Siklus II Dari hasil deskripsi perolehan nilai pembelajaran pada siklus II tampak bahwa terjadi peningkatan pemahaman membaca QS At Tin secara keseluruhan dan diperoleh persentase ketercapaian pada aspek ketepatan bacaan diperoleh 89 % atau berada pada kategori A “Baik Sekali”, ]ada aspek penilaian kelancaran diperoleh 90,25 % atau pada kategori A “baik sekali” dan rata-rata pencapaian dari seluruh aspek diperoleh 89.63 % atau pada kategori A “Baik sekali”, ini menunjukkan terjadi peningkatan sebesar 9.50 %. Refleksi Pada Siklus II Dari hasil analisis deskriptif pada siklus kedua menunjukkan bahwa hamper mayoritas siswa mengalami kemajuan kemampuan membaca QS At Tin dengan rata-rata persentase ketercapaian mencapai 89,63 %, ini menunjukkan bahwa pendekatan CTL dalam proses pembelajaran membaca QS At Tin dapat meningkatkan kemampuan ketepatan bacaan dan kelancaran bacaan dalam meteri QS At Tin. c. Hasil yang dicapai secara kualitatif Dengan cara kualitatif kegiatan yang dilakukan sesuai rencana kegiatan pembelajaran diperoleh hasil-hasil sebagai berikut : Tabel 8. Tabel Penilaian Hasil Belajar Siklus I dan Siklus II Dari tabel 8 diatas nampak bahwa pada siklus I terlihat bahwa terdapat 45 % siswa dalam kategori A (Baik sekali), 22,5 % siswa kategori B (baik) dan 22,5 % siswa dalam kategori C (Cukup), namun pada hasil pembelajaran siklus II tampak terlihat 55 % siswa dalam kategori A (Baik sekali) dan 45 % siswa dalam kategori B (Baik Sekali). Hal ini menunjukkan bahwa pendekatan CTL dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca QS At Tin terutama dengan menggunakan potongan-potongan kertas yang berisi lafal dan atau beberapa lafal dari QS Qt Tin. Karena dengan menggunakan potongan-potongan lafafal yang lebih kecil memungkinkan siswa berfikir lebih kritis dan memiliki fkekuensi pengulangan bacaan lafal lebih tinggi. Dengan frekuensi pengulangan yang lebih tinggi dapat menghasilkan ketepatan bacaan dan kelancaran bacaan lebih tinggi pula. B. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Mengacu pada hasil-hasil yang dicapai pada analisis data pada penguasaan materi pelajaran Pendidikan Agama Islam pada Standar Kompetensi Memahami Ajaran Al Qur’an Surat At Tin dengan Kompetensi Dasar Membaca QS At Tin dengan tartil, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : a. Tingkat pemahaman materi QS At Tin pada siklus I diperoleh persentase pencapaian rata-rata sebesar 80,13 % (kategori B) “Baik” dari sekor ideal 100. Hal ini menunjukkan bahwa hasil ini lebih baik dari pada pencapaian pada tahun sebelumnya. b. Tingkat pemahaman materi QS At Tin pada siklus II diperoleh persentase pencapaian rata-rata sebesar 89,63 % (kategori A) “Baik Sekali” dari sekor ideal 100. Hal ini menunjukkan bahwa masalah yang muncul pada siklus I telah teratasi dengan baik.. c. Hasil pencapaian antara siklus I dengan siklus II mengalami kenaikan rata-rata sebesar 9.50 %, hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran QS At Tin dengan menggunakan pendekatan CTL melalui diskusi kelompok dengan media/alat potongan-potongan lafal Qs At Tin lebih efektif disbanding dengan potongan-potongan ayat. 2. Saran a. Pembelajaran QS At Tin dengan pendekatan CTL melalui diskusi kelompok dengan alat/media pembelajaran potongan-potongan kertas yang ber isi lafal dari QS at Tin dapat meningkatkan pemahaman siswa sehingga dapat meningkatkan ketepatan bacaan dan kelancaran bacaan. Oleh karena itu kepada para rekan guru terutama guru Pendidikan Agama Islam lebih menyempurnakan penerapan pendekatan CTL pada proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam terutama pada Standar Kompetensi MemahamiAjaran Al Qur’an Surat At Tin. b. Agara para guru selalu berusaha meningkatkan kemapuan melaksakan proses kegiatan pembelajaran yang secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik, sesuai dengan yang diamanatkan pasal 19 ayat 1 Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
SAFTAR PUSTAKA
- Chabib Thoha, M., Drs. MA, 1990, Teknik Evaluasi Pendidikan: Jakarta : Rajawali Per Davies, Ivor K., 1981. Instructional Technique, New York: McGraw-Hill Book Company.
- Nurhadi; Burhan Yasin; Agus Gerrad Senduk, 2004. Pembelajaran Kontekstual Dan Penerapannya Dalam KBK. Malang: Un iversitas Negeri Malang.
- Reigeluth, Charles M., 1983. Instructional-Design Theories and Models : An Overview of Their Current Status. London : Lawrence Erlbaum Associates.
- Syaiful Bahri Djamarah; Aswan Zain, 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.